Akhir-akhir ini fenomena kenakalan
remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Para pakar baik
pakar hukum, psikolog, pakar agama dan lain sebagainya selalu mengupas masalah
yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran
hitam yang tak pernah putus, sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa
ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit.
Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota
di Indonesia. Sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin
berkembang, arus informasi yang semakin mudah diakses serta gaya hidup
modernisasi, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di
berbagai media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup
meluas di berbagai lapisan masyarakat.
Kondisi remaja di Indonesia saat ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pernikahan usia remaja
2. Sex pra nikah dan Kehamilan tidak
dinginkan
3. Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah
remaja
4. MMR 343/100.000 (17.000/th,
1417/bln, 47/hr perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan persalinan
5. HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan
52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja
6. Miras dan Narkoba.
Adapun Hasil Penelitian BNN bekerja
sama dengan UI menunjukkan :
1. Jumlah penyalahguna narkoba sebesar
1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai
dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%.
2. Kelompok teratur pakai terdiri dari
penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%.
3. Kelompok pecandu terdiri dari
penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat
penenang 25%.
4. Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan
(IDU) sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang.
5. Beban ekonomi terbesar adalah untuk
pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3 triliun.
6. Angka kematian (Mortality) pecandu
15.00 orang meninggal dalam 1 tahun.
Angka-angka di atas cukup
mencengangkan, bagaimana mungkin anak remaja yang masih muda, polos, energik,
potensial yang menjadi harapan orangtua, masyarakat dan bangsanya dapat
terjerumus dalam limbah kenistaan, sungguh sangat disayangkan. Tanpa disadari
pada saat ini, di luar sana anak-anak remaja kita sedang terjerat dalam
pengaruh narkoba, miras, seks bebas, aborsi dan kenakalan remaja lainnya. Bahkan
angka-angka tersebut diprediksikan akan terus menanjak, seperti fenomena gunung
es, tidak tampak di permukaan namun jika ditelusuri lebih dalam ternyata banyak
ditemukan kasus kasus yang cukup mengejutkan.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan
jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa
kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan
fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada
masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada
trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari
lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi
ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada kenyataanya orang
cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum pelaku kenakalan
remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya tersebut.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti
menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka
rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun
lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja
tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik
psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi
lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa
itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan
masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya
masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama.
Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi,
memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.
Demikianlah kenyataan yang ada saat
ini, ini merupakan tantangan yang sangat berat bagi para orangtua, masyarakat,
yang memiliki anak remaja, atau anak yang akan menuju remaja untuk dapat
mencari strategi yang baik untuk melindungi anak remaja mereka dari
kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa depan mereka.