Kamis, 16 Mei 2019

Puisi singkat #1

Ikhlas

Seperti jeda ditengah hiruk pikuknya
Ada masa yg mereka tak tahu seperti apa sabar
Berjuang pada hal yg seharusnya tak mesti dilakukan 
Membaktikan diri dengan sepenuh hati karna  telah dipersatukan dengan takdirnya
Ikhlas menjalani melapangkan hati 
Namun, mengapa hujan datang dengan derasnya ketika petir sekali menghantam
Awan pun tak mampu mengusap gelapnya langit
Adakah ruang hati yg lain untuknya bertahan dan semakin terus sabar untuk sebuah keikhlasan 


Karya: arummelati

Kamis, 15 Januari 2015

Kepedulian Sosial Remaja terhadap Lingkungan



Peranan remaja untuk peduli dalam membangun dan menjaga lingkungan hidup yang kini semakin rusak sangatlah penting dan sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan lingkungan, sekarang dan yang akan datang.
Remaja bisa terlibat aktif dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang baik, remaja harus dibekali secara cukup tentang pengetahuan, kesadaran dan keterampilan tentang bagaimana menjaga kelestarian alam. Bila ini dilakukan sejak dini, kita yakin masa depan lingkungan dan kondisi alam bisa lebih baik. Dengan usianya yang masih sangat muda dapat memberikan suatu contoh yang baik dalam upaya penjagaan kebersihan dan kelestarian lingkungan. Dengan memulai dari suatu hal yang paling kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang bersih. Apabila setiap remaja memiliki kesadaran diri dan rasa tanggung jawab pribadi untuk menjaga kebersihan lingkungan, kita yakin bahwa lingkungan hidup kita akan baik.
Kegiatan Bakti Sosial (BakSos) dari desa ke desa merupakan kegiatan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Mulai dari langkah-langkah untuk menjaga kebersihan, tata cara pelestarian serta manfaat-manfaat dari lingkungan yang bersih.
Para remaja yang memiliki kepedulian akan kebersihan dan kelestarian lingkungan, selalu berusaha menjaga dan merawat lingkungan sekitarnya. Namun satu hal yang sangat disayangkan pengaruh kebiasaan yang sudah membudaya di lingkungan sosial kita, membuat remaja enggan melakukan hal-hal kecil. Melibatkan remaja dalam mengelola sampah sebenarnya bisa menjadi contoh yang baik. Bila sejak remaja cerdas dalam mengelola sampah dan limbah, maka lingkungan hidup kita akan bisa lebih baik.
Remaja sangat perlu dibekali dengan sikap kreatif dalam mengelola lingkungan. Sebab remaja yang kreatif akan bisa mengelola sampah dan limbah menjadi berkah. Adapun remaja yang memiliki kreatifitas tinggi, dapat memanfaatkan sampah yang dianggap sebagai limbah serta pencemaran lingkungan itu menjadi suatu produk yang bermutu dan berguna atau bermanfaat bagi orang lain. Melalui proses pengolahan dan proses produksi dengan menggunakan keterampilan dan mempoles sampah menjadi suatu keunikan akan memiliki nilai jual yang tinggi.
Kiranya untuk dapat melaksanakan semua kegiatan dalam upaya pelestarian lingkungan itu ada tiga hal yang menjadi catatan untuk kita semua, yakni 3D Dimulai dari yang kecil, Dimulai dari diri sendiri, Dimulai dari sekarang”.

Membangun Motivasi dalam Diri



Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika kamu memiliki motivasi yang kuat dalam diri kamu sendiri.
Tanpa motivasi apapun, sulit sekali kamu menggapai apa yang kamu cita-citakan. Tapi, tak dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di dalam diri sendiri. Bahkan mungkin kamu tidak tahu pasti bagaimana cara membangun motivasi di dalam diri sendiri. Padahal sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi tersebut.
Hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi antara lain sebagai berikut.
1.      Ciptakan sensasi
Ciptakan sesuatu yang dapat “membangunkan” dan membangkitkan gairah kamu saat pagi menjelang. Misal, kamu berpikir esok hari harus mendapatkan keuntungan 1 milyar rupiah. Walau kedengarannya mustahil, tapi sensasi ini kadang memacu semangat kamu untuk berkarya lebih baik lagi melebihi apa yang sudah kamu lakukan kemarin.
2.      Kembangkan terus tujuankamu
Jangan pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup yang terlalu sederhana membuat kamu tidak memiliki kekuatan lebih. Padahal untuk meraih sesuatu kamu memerlukan tantangan yang lebih besar, untuk mengerahkan kekuatan kamu yang sebenarnya. Tujuan hidup yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan tersendiri dalam hidup kamu.
3.      Tetapkan saat kematian
Kamu perlu memikirkan saat kematian meskipun gejala ke arah itu tidak dapat diprediksikan. Membayangkan saat-saat terakhir dalam hidup ini sesungguhnya merupakan saat-saat yang sangat sensasional. Kamu dapat membayangkan ‘flash back’ dalam kehidupan kamu. Sejak kamu menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga tampil sebagai pribadi yang dewasa dan mandiri. Jika kamu membayangkan ‘ajal’ kamu sudah dekat, akan memotivasi kamu untuk berbuat lebih banyak lagi selama hidup kamu.
4.      Hampiri bayangan ketakutan
Saat kamu dibayang-bayangi kecemasan dan ketakutan, jangan melarikan diri dari bayangan tersebut. Misal, selama ini kamu takut akan menghadapi masa depan yang buruk. Datang dan nikmati rasa takut kamu dengan mencoba mengatasinya. Saat kamu berhasil mengatasi rasa takut, saat itu kamu telah berhasil meningkatkan keyakinan diri bahwa kamu mampu mencapai hidup yang lebih baik.
5.      Ucapkan “selamat datang” pada setiap masalah
Jalan untuk mencapai tujuan tidak selamanya semulus jalan tol. Suatu saat kamu akan menghadapi jalan terjal, menanjak dan penuh bebatuan. Jangan memutar arah untuk mengambil jalan pintas. Hadapi terus jalan tersebut dan pikirkan cara terbaik untuk bisa melewatinya. Jika kamu memandang masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, kamu akan semakin sulit termotivasi. Sebaliknya bila kamu selalu siap menghadapi setiap masalah, kamu seakan memiliki energi dan semangat berlebih untuk mencapai tujuan kamu.
6.      Mulailah dengan rasa senang
Jangan pernah merasa terbebani dengan tujuan hidup kamu. Coba nikmati hidup dan jalan yang kamu tempuh. Jika sejak awal kamu sudah merasa ‘tidak suka’ rasanya motivasi hidup tidak akan pernah kamu miliki.
7.      Berlatih dengan keras
Tidak bisa tidak, kamu harus berlatih terus bila ingin mendapatkan hasil terbaik. Pada dasarnya tidak ada yang tidak dapat kamu raih jika kamu terus berusaha keras. Semakin giat berlatih semakin mudah pula mengatasi setiap kesulitan.
Jadi, motivasi itu dapat menumbuhkan semangat dalam mencapai tujuan. Motivasi yang kuat di dalam diri, akan memiliki apresiasi dan penghargaan yang tinggi terhadap diri dan hidup ini. Sehingga, kita tidak akan ragu untuk melangkah ke depan untuk mencapai semua hal dalam hidup ini.

Selasa, 13 Januari 2015

Meningkatkan Kreativitas Siswa Dengan Pembelajaran Mind Mapping



Belajar didefinisikan sebagai semua perubahan pada kapabilitas dan perilaku organisme, baik secara mental maupun fisik, yang diakibatkan oleh pengalaman (Yovan, 2008). Kemampuan belajar merupakan alat andalan dalam mempertahankan kehidupan. Menurut Potter (2002), ada dua kategori umum tentang bagaimana kita belajar, yaitu pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas), dan kedua cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Dengan demikian, cara belajar merupakan kombinasi dari bagaimana menyerap, lalu mengatur, dan mengolah informasi.
Belajar berbasis pada konsep Peta Pikiran (Mind Mapping) merupakan cara belajar yang menggunakan konsep pembelajaran komprehensif Total-Mind Learning (TML). Pada konteks TML, pembelajaran mendapatkan arti yang lebih luas. Bahwasanya, di setiap saat dan di setiap tempat semua makhluk hidup di muka bumi belajar, karena belajar merupakan proses alamiah. Semua makhluk belajar menyikapi berbagai stimulus dari lingkungan sekitar untuk mempertahankan hidup.
Dari tinjauan Psikologis, belajar merupakan aktivitas pemrosesan informasi, yang dapat diartikan sebagai proses pembentukan pengetahuan (proses kognitif). Menurut Peaget, setiap anak memiliki skema (scheme) yang merupakan konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Sedangkan menurut Vygotsky, kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental (Santrock, 2007).
Fakta yang harus disadari, bahwa dunia pembelajaran bagi anak saat ini dibanjiri dengan informasi yang up to date setiap saat. Ketidakmampuan memroses informasi secara optimal di tengah arus informasi menyebabkan banyak individu yang mengalami hambatan dalam belajar ataupun bekerja. Menurut Yovan (2008), hambatan pemrosesan informasi terletak pada dua hal utama, yaitu proses pencatatan dan proses penyajian kembali. Keduanya merupakan proses yang saling berhubungan satu sama lain.
Dalam hal pencatatan, seringkali individu tanpa disadari membuat catatan yang tidak efektif. Sebagian besar melakukan pencatatan secara linear, bahkan tidak sedikit pula yang membuat catatan dengan menyalin langsung seluruh informasi yang tersaji pada buku atau penjelasan lisan. Hal ini mengakibatkan hubungan antaride/informasi menjadi sangat terbatas dan spesifik, sehingga berujung pada minimnya kreativitas yang dapat dikembangkan setelahnya. Selain itu, bentuk pencatatan seperti ini juga memunculkan kesulitan untuk mengingat dan menggunakan seluruh informasi tersebut dalam belajar atau bekerja (Yovan, 2008).
Sedangkan dalam hal penyajian kembali informasi, kemampuan yang paling dibutuhkan adalah memanggil ulang (recalling) informasi yang telah dipelajari. Pemaggilan ulang merupakan kemampuan menyajikan secara tertulis atau lisan berbagai informasi dan hubungannya, dalam format yang sangat personal. Hal ini merupakan salah satu indikator pemahaman individu atas informasi yang diberikan. Dengan demikian, proses pemanggilan ulang sangat erat hubungannya dengan proses pengingatan atau remembering (Yovan, 2008).
Salah satu hal yang berperan dalam pengingatan adalah asosiasi yang kuat antarinformasi dengan interpretasi dari informasi tersebut. Kondisi ini, hanya bisa terjadi ketika informasi tersebut memiliki representasi mental di pikiran. Contohnya, jika seseorang ingin mengingat “mobil”, maka sebelumnya ia perlu merepresentasikan mobil dalam pikirannya, mungkin berupa gambar, merek, harga atau kecepatan. Hubungan tersebut perlu dipahami secara personal, sehingga setelahnya tercipta representasi mental yang lebih mudah diingat.
Bentuk pencatatan yang dapat mengakomodir berbagai maksud di atas adalah dengan Peta Pikiran (Mind Map). Dengan peta pikiran, individu dapat mengantisipasi derasnya laju informasi dengan memiliki kemampuan mencatat yang memungkinkan terciptanya “hasil cetak mental” (mental computer printout). Hal ini tidak hanya dapat membantu dalam mempelajari informasi yang diberikan, tapi juga dapat merefleksikan pemahaman personal yang mendalam atas informasi tersebut. Selain itu Mind Mapping juga memungkinkan terjadinya asosiasi yang lebih lengkap pada informasi yang ingin dipelajari, baik asosiasi antarsesama informasi yang ingin dipelajari ataupun dengan informasi yang telah tersimpam sebelumnya di ingatan (Yovan, 2008).

Busan (1993) dalam Djohan (2008) mengemukakan, bahwa A Mind Map® is powerful graphic technique which provides a universal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the full range of cortical skills – word, image, number, logic, rhythm, colour and spatial awareness – in a single, uniquely powerful manner. In so doing, it give you a freedom to roam the infinite expanses of your brain. Dari pengertian tersebut, Johan (2008) menyimpulkan bahwa Peta Pikiran merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak, karena menggunakan seluruh keterampilan yang terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan.
Ditinjau dari segi waktu Mind Mapping juga dapat mengefisienkan penggunaan waktu dalam mempelajari suatu informasi. Hal ini utamanya disebabkan karena Mind Mapping dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal, dalam waktu yang lebih singkat. Dengan kata lain, Mind Mapping mampu memangkas waktu belajar dengan mengubah pola pencatatan linear yang memakan waktu menjadi pencatatan yang efektif yang sekaligus langsung dapat dipahami oleh individu.
Menurut Yovan (2008), keutamaan metode pencatatan menggunakan Mind Mapping, antara lain:
  1. tema utama terdefenisi secara sangat jelas karena dinyatakan di tengah.
  2. level keutamaan informasi teridentifikasi secara lebih baik. Informasi yang memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dengan tema utama.
  3. hubungan masing-masing informasi secara mudah dapat segera dikenali.
  4. lebih mudah dipahami dan diingat.
  5. informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak keseluruhan struktur Mind Mapping, sehingga mempermudah proses pengingatan.
  6. masing-masing Mind Mapping sangat unik, sehingga mempermudah proses pengingatan.
  7. mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci.
Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mind Mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Mind Mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan Mind Mapping. Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar.

Prestasi Belajar Siswa



Setiap orang tua pasti menginginkan anak mereka berprestasi di sekolah. Kegagalan atau keberhasilan siswa dalam belajar bisa dilihat dari prestasi belajar siswa yang dicapai. Prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang baik berupa kuantitas maupun kualitas karena telah melakukan kegiatan belajar.
Seseorang yang sudah melakukan kegiatan belajar akan terlihat mengalami perubahan, baik dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, nilai, pemahaman serta sikap. Prestasi belajar siswa bisa dilihat dari keseluruhan penyelenggaraan pengajaran itu sendiri, bahkan terdapat sebuah hubungan timbal balik antara penilaian pengajaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya faktor ketekunan, motivasi belajar, kesanggupan, dan kesiapan siswa dalam memahami pelajaran yang akan diberikan.
Membicarakan tentang prestasi belajar pasti tidak bisa lepas dari bahasan mengenai proses belajar mengajar itu sendiri. Proses belajar mengajar akan memperoleh suatu hasil yang umumnya disebut dengan hasil pengajaran atau hasil belajar. Untuk mendapat hasil yang optimal dari proses belajar mengajar maka harus dilakukan secara sadar dan terorganisir dengan baik.
Di dalam proses belajar mengajar, seorang guru berperan sebagai pengajar dan siswa adalah subjek belajar, dituntut untuk mempunyai profil dan kualifikasi tertentu yaitu kemampuan, pengetahuan, sikap dan tata nilai serta sifat pribadi. Proses belajar akan lebih baik apabila subyek yang belajar mengalami atau melakukannya jadi tidak mempunyai sifat verbalistik. Dengan belajar maka siswa bisa mewujudkan cita-cita yang diinginkan.
Belajar bisa menghasilkan suatu perubahan dalam diri seseorang. Penilaian bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana telah terjadi perubahan. Bagi seorang siswa yang mengikuti pendidikan maka akan selalu diadakan penilaian akan hasil belajar yang dilakukan. Penilaian akan hasil belajar seorang siswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana mereka sudah mencapai sasaran belajar, dan inilah yang disebut dengan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar ini merupakan suatu indikator kualitas pengetahuan yang sudah dikuasai oleh murid. Prestasi belajar seorang siswa adalah hasil dari sistem pendidikan sehingga tingkat keberhasilanya ditentukan oleh elemen dalam sistem belajar itu sendiri. Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan formal yang membentuk siswa agar bisa meningkatkan prestasi belajar mereka.

Fenomena Kenakalan Remaja Masa Kini

Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Para pakar baik pakar hukum, psikolog, pakar agama dan lain sebagainya selalu mengupas masalah yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus, sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang, arus informasi yang semakin mudah diakses serta gaya hidup modernisasi, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat.

Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
1.      Pernikahan usia remaja
2.      Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan
3.      Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja
4. MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln, 47/hr perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan persalinan
5.  HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja
6.     Miras dan Narkoba.

Adapun Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI menunjukkan :
1.      Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%.
2.      Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%.
3.      Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%.
4.      Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang.
5.      Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3 triliun.
6.      Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1 tahun.    

Angka-angka di atas cukup mencengangkan, bagaimana mungkin anak remaja yang masih muda, polos, energik, potensial yang menjadi harapan orangtua, masyarakat dan bangsanya dapat terjerumus dalam limbah kenistaan, sungguh sangat disayangkan. Tanpa disadari pada saat ini, di luar sana anak-anak remaja kita sedang terjerat dalam pengaruh narkoba, miras, seks bebas, aborsi dan kenakalan remaja lainnya. Bahkan angka-angka tersebut diprediksikan akan terus menanjak, seperti fenomena gunung es, tidak tampak di permukaan namun jika ditelusuri lebih dalam ternyata banyak ditemukan kasus kasus yang cukup mengejutkan.

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada kenyataanya orang cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum pelaku kenakalan remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya tersebut.

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.

Demikianlah kenyataan yang ada saat ini, ini merupakan tantangan yang sangat berat bagi para orangtua, masyarakat, yang memiliki anak remaja, atau anak yang akan menuju remaja untuk dapat mencari strategi yang baik untuk melindungi anak remaja mereka dari kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa depan mereka.